Minggu, 28 Agustus 2011

Positif Dalam Kritik



Langkah awal perubahan diri dimulai dari MENERIMA KRITIK dengan positif untuk berintrospeksi. Nilai diri kita ada di orang2 yg dekat dengan kita. Semakin banyak kritikan dari mereka, semakin kita tau dimana posisi pribadi kita di lingkungan sosial. 

Sangat disayangkan kalo kita ANTI KRITIK. Dengar kritik dikit, bantahannya banyak. Guys! Dengerin n tela'ah ISI kritiknya. Karena TIDAK SEMUA kritikan itu isinya buruk. Dengar dulu semuanya dan terima dengan positif. Siapa yg tahu ujung-ujungnya dikasih saran atau malah terlintas pencerahan.

Jadi, baik ato buruknya kritik yg kita terima, dengarkan saja dulu. Simpan sebagai referensi, dan di lain waktu, tinggal kita memilah mana kritik yg bener2 membangun dan mana yg cuma sampah. Misalnya kita dikritik :

"Celana lo ga cocok seperti itu. Coba ganti jeans!". 

"Rambut lo lebih bagus pendek. Berantakan banget kalo panjang.."

"Lo kok langsung marah2 sama dia? Tenang dulu dong.."

Pasti ada mental block saat kita mendengarkan hal seperti itu. Contoh salah satu mental blocknya seperti:

"Ahh.. Gw nyaman pake celana ini. Ngapain gw ganti?".

"Rambut gw yaa mau gw apain suka2 gw.."

"Jelas2 dia salah! Yaa gw marah!"

Dan MISALnya kita ambil positifnya:

"Wah.. Mereka perhatian dengan penampilan gw. Gw coba ahh pake jeans.."

"Hmm.. Kelihatan aneh yah? Gw cukur deh.."

"Ok, gw tenang. Ada apa sebenarnya? Gw dengerin nih.." 

Besoknya kita coba pake celana jeans, dan voila! Kita terlihat LEBIH modis dari sebelumnya yg berefek style pakaian kita menginspirasi orang2 disekitar lingkungan pergaulan kita.

Gimana? Kritik itu indah, bukan? ;)

Regards,
Kamikazekun

Minggu, 21 Agustus 2011

Ciptakan KEBAHAGIAAN Mu Sendiri





Bahagia ….
siapa sih yang ga mau bahagia ??
dari mulai orang-orang di golongan kasta tertinggi hingga kasta terendah , dari yang sehari-harinya happy hingga yang kesehariannya “galau” terus , semua pasti ingin bahagia.
Mengapa ??? karena kebahagiaan itu pada dasarnya adalah suatu perasaan alami yang diberikan Sang Pencipta dan disitulah seharusnya kita berada.


Tapi mengapa banyak orang yang selama hidupnya giat mencari kebahagiaan tapi masih saja mereka tidak bahagia ? Apakah anda salah satunya ?
Kalian pergi ke tempat-tempat yang kalian pikir bisa membuat kalian bahagia , kemudian kalian mencari teman dan lingkungan yang bisa membuat kalian bahagia , pria dan wanita sibuk mencari pasangan yang bisa membahagiakan dirinya . . .
mungkin kalian bahagia atas hal tersebut , tapi sadarkah kalian semuanya adalah sementera ??
bahagiakah kalian ketika kalian tidak berada ditempat yg kalian suka ? Bahagiakah kalian ketika kalian tidak sedang bersama teman atau lingkungan pergaulan kalian ?
Contoh yang sering kita lihat adalah ketika kalian merasakan yang namanya “Patah Hati”
apa yang biasanya kalian perbuat ketika patah hati ?
Pergi ketempat-tempat hiburan , ngumpul bersama teman-teman , jalan-jalan sama gebetan , dsb.
Benar ?? (ya..... pasti benar !!!!!:p)
tapi pada saat kalian pulang , sendirian dikamar , perasaan senang itupun lenyap , kesedihan datang menghampiri.


Jadi bagaimana semestinya ??
ciptakanlah kebahagiaan kalian sendiri , mengapa ? Karena jika kalian bisa menciptakan kebahagiaan kalian sendiri maka kalian pasti ceria setiap saat , kapan saja dimana saja kalian berada dan kalian akan dikelilingi oleh orang-orang yang akan merasa bahagia jika kalian ada didekat mereka.
Sounds good ?? yeahh . . it's really good !!
 
semua akan indah pada waktunya


pernah dengar kalimat diatas ?? kalian setuju dengan kalimat tersebut ??
itu baru yang namanya BULLSHIT. Jika kalian bisa setiap saat menciptakan kebahagiaan kalian sendiri mengapa harus menunggu waktunya datang ?? jika datangnya nanti 50 tahun lagi apakah kalian masih mau menunggu ??


Buat kalian yang masih sibuk mencari kebahagiaan , tak perlu lagi repot mencari.
Karena sesungguhnya KEBAHAGIAAN itu MUTLAK ada pada DIRI KALIAN sendiri. Maka dari itu berhentilah mencari keluar dan mulai sekarang buatlah keputusan untuk bahagia.
Berfikirlah seolah-olah kalian orang yang paling bahagia sedunia , bayangkan rasanya menjadi orang paling bahagia.

Buddha mengatakan “kita adalah hasil pemikiran kita sendiri” .
Jika kalian berfikiran positive maka itulah yang terjadi , dan begitupun jika kalian berfikiran negative
ingatlah bahwa apa yang kalian pancarkan dari otak kalian maka itu semua akan kembali ke diri kalian sendiri.
Kalianlah yang mengendalikan pikiran , kalianlah raja dari pikiran kalian sendiri , ketika kalian tersenyum maka dunia ikut tersenyum bersama kalian , kebahagiaan mutlak milik kalian dan itu tidak bergantung pada apapun diluar diri kalian masing-masing , cintai diri kalian sendiri maka cinta akan datang bergelimpahan.
Itu beberapa kalimat yang datang dari para inspirator handal dunia , mereka menggambarkan bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu ada pada diri kalian sendiri.
seperti yang Andrew Carnegie katakan "if you want to be happy, set a goal that commands your thought, liberates your energy, and inspires your hope"


ngomong mah gampang , prakteknya yang susah bro . . .”
 
susah karena kalian berfikir itu susah , kembali lagi keatas , kalian adalah hasil dari pemikiran kalian sendiri , jadi buat apa dibikin susah ???:p



tertarik untuk menciptakan kebahagiaan kalian sendiri ??
catat , kemudian proklamirkan , jika perlu di print , tempelkan pada langit-langit kamar anda :p


“Saya adalah pribadi yang bahagia. Membahagiakan orang lain. dan dikelingi oleh orang-orang yang bahagia karena saya”




and always remember................. you get what you give !!! :)

~hantubasket~

Kamis, 11 Agustus 2011

Sejauh Mana Anda Menerima Diri Anda? (Part II)

 
Setelah menulis artikel SEJAUH MANA ANDA MENERIMA DIRI ANDA, tanpa sedikit jeda --kecuali untuk buang air kecil-- saya langsung membuat tulisan ini sebagai versi kontra dari artikel tersebut mengingat bahwa keseimbangan adalah suatu hal yang baik. Bahwa putih tidak akan berarti tanpa adanya hitam. Bahwa besar bukanlah besar jika tidak ada si kecil. Bahwa hidup tak akan indah tanpa dihentikan oleh kematian.

Pada artikel yang lalu saya mencoba sedikit mengingatkan anda bahwa anda adalah seorang yang hebat yang mampu menjawab semua tantangan yang muncul baik dari dalam diri anda maupun dari orang lain. Tapi apakah boleh kita menolak tantangan tersebut? Saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan memulai sebuah kasus.

Bayangkan saat ini anda sedang sendirian di sebuah toko buku. Anda sedang mencari buku yang berhubungan dengan karir anda dan anda sangat membutuhkan buku ini. Tidak hanya itu, keterdesakan anda pun masih ditambah dengan keterburu-buruan anda karena anda harus cepat-cepat dan harus segera pergi ke suatu tempat untuk suatu hal yang sangat penting. Pada saat mencari buku tersebut anda melihat dari kejauhan seorang wanita cukup cantik berdiri sendirian yang juga sedang membaca-baca buku. Karena keterdesakan anda, anda tidak mempedulikan wanita tersebut dan terus melanjutkan kegiatan anda sebelumnya, yaitu mencari buku. Tiba-tiba hati anda langsung berbisik ‘ada cewek tu, ajakin kenalan dong’. Meladeni bisikan hati tersebut anda langsung menoleh ke wanita tersebut dan berpikir sejenak. Tapi anda menolak ajakan hati anda tersebut karena anda memang dalam keadaan mendesak. Dan hal tersebut terjadi berulang kali antara keinginan untuk berkenalan dan tetap melanjutkan kegiatan anda hingga anda merasa menjadi orang tak berpendirian. 

Anda menjadi bingung. Anda menjadi galau. Anda bahkan seperti tak tahu siapa diri anda sendiri. Dan hal itu diperparah dengan bayangan ketika anda menceritakan kepada teman-teman anda tentang cerita dimana anda melihat seorang wanita cantik yang sendirian tetapi karena keterdesakan anda anda memilih untuk tidak berkenalan dengan wanita tersebut. Di satu sisi anda merasa bahwa waktu yang mendesak membuat anda benar-benar tidak ingin berkenalan dengan wanita tersebut. Di sisi lain anda mengatakan pada diri anda bahwa penolakan anda atas kata hati anda tersebut untuk berkenalan adalah sebuah dalih atas ketakutan anda saja. Anda semakin bingung memikirkan hal tersebut dan parahnya kebingungan tersebut terus menghinggapi anda untuk waktu yang sangat lama hingga anda benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya diri anda.

Saya yakin anda pasti pernah mengalami hal seperti ini.

‘Trus gimana kalau gitu? apa harus kenalan? Tapi gue kan lagi sibuk dan buru-buru banget? Tapi kalau ngga kenalan berarti gue ngga berani dong? Gimana nih?’

Hal ini saya sebut dengan krisis identitas dan hal tersebut timbul karena adanya kebingungan untuk menemukan keinginan paling mendasar dalam diri. Tenangkan dan bebaskan hati dan pikiran anda dan cari hal mana yang benar-benar menjadi keinginan dan menjadi prioritas anda. Jika prioritas anda sebenarnya adalah mencari buku dan segera meninggalkan tempat tersebut karena anda sedang buru-buru, maka carilah buku dan segera tinggalkan tempat itu tanpa mempedulikan tuntutan baik dari diri anda maupun orang lain. Lepaskanlah diri anda dari penjara tuntutan semacam itu dan bebaslah. Tuntutan adalah keterdesakan. Apakah anda mau hidup anda selalu ternaungi oleh tuntutan tanpa adanya kebebasan? Dengarkanlah diri anda sendiri, ketahui keinginan anda yang sebenarnya, dan biarkan dia yang menentukan.

‘Trus gimana dong kalau gue bener-bener dianggap ga berani?’

Anda adalah orang pertama yang mendengarkan kata-kata anda sendiri. Bahkan anda sudah mendengarkannya sebelum anda mengucapkannya. Lalu untuk apa anda takut akan persepsi orang lain? Anda tidak membutuhkan persepsi orang lain. Anda tidak akan pernah dilupakan dan selalu akan didengarkan oleh seseorang yang sangat hebat selama anda juga tidak pernah melupakan dan selalu mendengarkan orang tersebut. Dan ya, orang hebat tersebut adalah anda sendiri. Untuk apa mendengarkan dan menerima orang lain jika anda sendiri tidak pernah mendengarkan dan menerima diri anda sendiri? Lambat laun orang lain pun akan menjauhi anda karena anda sendiri --yang adalah orang yang paling mengerti anda-- pun menjauh dan jijik dengan diri anda. Berkatalah tidak jika memang tidak dan ya jika memang ya.

Saya rasa cukup sekian tulisan dari saya. Selain saya sudah capek, saya pun bukan lah siapa-siapa dibandingkan orang hebat seperti anda. Jangan dengarkan saya karena saya hanyalah orang lain yang suka mengatur tingkah hidup orang lain. Resapi diri anda, dengarkan bisikannya yang sangat merdu, dan jangan lupa untuk tersenyum. :)


~Craze

Sejauh Mana Anda Menerima Diri Anda? (Part I)



Sesaat sebelum saya menulis tulisan ini saya membayangkan sebuah situasi dimana saya sedang mempertanyakan diri saya sendiri --saya yakin bahwa anda juga sering mengalami hal-hal seperti ini. Situasi tersebut sering timbul ketika saya sedang berinteraksi dengan orang lain. Mempertanyakan diri sendiri saat berinteraksi dengan orang lain? Ya. Berinteraksi dengan orang lain selalu menimbulkan interaksi lain yang berhubungan dengan diri kita sendiri. Untuk lebih jelasnya mari kita cermati contoh situasi yang pernah saya hadapi yang pasti anda juga pernah --bahkan sering menghadapinya juga.

Saat itu saya sedang hang out bersama teman-teman saya. Kita ngobrol dari A-Z hingga pucuk Pluto sampai desa Angin Sari. Di pertengahan obrolan kita tiba-tiba sesosok wanita sangat cantik melintas di hadapan kita yang menimbulkan efek luar biasa kepada kita. Bagaimana tidak luar biasa? Kita sedang mengambil topik obrolan yang asyik hingga tidak ada satu pun dari kita yang diam saja atau nyerocos terus tanpa henti. Tepat saat wanita tersebut melintas, kita serentak tanpa aba-aba langsung menghentikan obrolan seraya menoleh ke arah wanita tersebut tanpa tedeng aling-aling. Setelah wanita tersebut jauh dari pandangan kita --atau saat kita sadar bahwa kita telah terlihat bodoh dengan menunjukkan wajah mupeng saat melihat wanita tersebut kita langsung melanjutkan obrolan yang tadi sempat rehat sejenak dengan tingkat keasyikan yang seolah-olah terus berlangsung tanpa ada halangan walaupun kita sendiri tahu bahwa sang wanita telah masuk secara paksa ditengah-tengah obrolan tersebut. Luar biasa bukan?

'Lalu apa hubungan menerima diri sendiri dengan contoh kasus yang terjadi di atas?' Sejenak kita coba cermati cerita di atas.

Awal cerita tidak menunjukkan keanehan apa pun. Kita hanya sekumpulan pemuda dengan satu visi yaitu untuk hang out  bareng. Obrolan yang asyik pun bukan lah suatu yang aneh mengingat kesamaan background kita sehingga mau tidak mau tetap ada suatu bahan obrolan yang menarik hati kita semua. Pula dengan hal saat kita menghentikan obrolan sejenak dan serentak menoleh kepada wanita cantik yang tiba-tiba tanpa kita sadari melintas di hadapan kita mengingat bahwa --setahu saya-- tidak ada tipe laki-laki gay di antara kita. Letak keanehan tersebut adalah pada saat kita melanjutkan obrolan yang tadi sempat terhenti sejenak. 

Kenapa kita harus melanjutkan obrolan padahal kita tahu bahwa jauh di dalam diri kita kita sangat ingin mengenal wanita tersebut. Kita dapat mengelak dengan ‘ahh, dia bukan tipe saya’ atau ‘ngga, ahh, males’ atau hal-hal sejenis lainnya. Tapi kenapa kita harus membohongi diri sendiri? Jika wanita tersebut secara fisik bukan tipe anda kenapa anda harus menoleh ke arahnya dengan muka mupeng? Lalu apakah anda benar-benar malas saat anda mengucapkan kata ‘malas’ atau hanya sekedar jawaban palsu atas ketidak beranian anda? Dan apakah jawaban-jawaban lain yang mungkin anda ucapkan tersebut merupakan representasi asli dari apa yang anda pikirkan dan anda rasakan?

‘Okay, okay, gue cuma berdalih doang. Tapi gimana lagi? Gue takut kalau dia ga mau diajak kenalan. Gue takut ini. Gue takut itu dan bla, bla, bla.’

Hal tersebutlah yang saya namakan dengan tidak mau menerima diri sendiri. Bukan tidak dapat dan bukan tidak bisa tetapi tidak mau. Kenapa kita harus mengabaikan keinginan diri kita sendiri demi hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Okay anggap saja bahwa dalih anda benar bahwa ketika anda mengajak berkenalan dengan sang wanita, anda langsung di-reject bahkan saat anda belum mengucapkan kata-kata anda. Melihat hal tersebut orang-orang di sekitar anda baik yang mengenal maupun yang tidak mengenal anda menertawakan anda dengan terbahak-bahak dan mempermalukan anda. 

Lalu apakah ada yang aneh hal itu? Okay, mungkin anda merasa malu ketika anda ditertawakan orang banyak ketika anda menerima penolakan tersebut. Tapi saya katakan bahwa anda sudah melakukan suatu hal kecil yang sangat bermakna. Anda mengikuti apa kata hati anda. Anda menerima diri anda. Mereka mungkin tidak menerima diri anda tapi ada seorang yang sangat hebat yang mau menerima diri anda, yaitu anda sendiri. 

Tidak ada hal yang lebih indah daripada menerima diri sendiri dan tidak membohongi diri sendiri. Anda mungkin terkenal, punya uang banyak, teman yang banyak, dan banyak hal menyenangkan lainnya, tapi hal tersebut tidak lah berarti jika anda sendiri saja tidak mau menerima diri anda sendiri. Dengan tidak menerima diri sendiri secara tidak langsung anda menaruh papan pengumuman yang sangat besar di kepala anda yang bertuliskan ‘Jangan anggap saya ada. Saya sendiri tidak menganggap saya ada’. Jika anda adalah orang seperti di atas, jangan minta kepada orang lain untuk menerima diri anda. Pula jangan minta saya sebagai penulis artikel penerimaan diri ini untuk menerima anda. Untuk apa saya menerima diri anda jika anda sendiri saja tidak mau menerima diri anda sendiri?

Sekian tulisan dari saya. Semoga menjadi manfaat bagi anda semua.

Omong-omong saya menggunakan sedikit candaan ketika menulis bahwa saya tidak akan menerima diri anda. Saya pasti akan menerima diri anda siapa pun anda. Anda akan saya terima sejauh mana anda menerima diri anda sendiri.  :)

~ Craze ~

Kamis, 04 Agustus 2011

Jatuh



Beberapa waktu yang lalu saya sedang menikmati malam di suatu Taman di daerah Menteng. Taman Menteng tepatnya (ya iyalah =_=). Tidak ada yang spesial di taman pada malam itu, hanya beberapa pasang orang yang sedang duduk - duduk juga menikmati suasana malam, pedagang - pedagang asongan dan sekelompok anak kecil yang sedang bermain sepeda. Sekelompok anak tersebut terlihat sangat menikmati waktu bermain mereka, meskipun hanya menggunakan sepeda butut, bukan sepeda fixie yang banyak digunakan akhir - akhir ini.

Mereka bermain sedemikian serunya, saling bercanda satu sama lain, saling mengejek dan juga dorong - dorongan. Namun tak disangka salah satu mendorong temannya  yang sedang di atas sepeda terlalu kencang, BRAAKKK! dan temannya itupun tergelincir, terjatuh ke arah semak - semak, ban depan sepedanya lepas.
Namun yang lucunya, ia tidak menangis dan teman - temannya pun tidak terlihat begitu khawatir dengan kondisi temannya, mereka malah tertawa!
Yup, semuanya tertawa, termasuk yang barusan jatuh!
Mereka mengambil ban sepeda yang lepas tersebut dan kemudian menggelindingkan ban tersebut dan menjadikannya mainan baru.Kemudian mereka tertawa lebih keras dari sebelumnya! HAHAHAHA

Pernah kah kamu "jatuh" karena suatu masalah? Apa yang kemudian kamu lakukan? Menangis meratapi nasib atau malah "menertawakan" hal tersebut dan membuatnya menjadi pembelajaran untuk masa depan kamu?


"Pain is inevitable but suffering is optional" - Dalai Lama

-4rchangel-